Wartawan : Reyki Wenly detikline.com Tondano - Pembangunan dermaga dan kanal di area objek wisata Benteng Moraya-Tondano terkesan mubazir....
Wartawan : Reyki Wenly
detikline.com Tondano - Pembangunan dermaga dan kanal di area objek wisata Benteng Moraya-Tondano terkesan mubazir. Selesai dibangun pada Tahun 2019 hingga sekarang sama sekali tidak dimanfaatkan.
Padahal anggaran pembangunan cukup besar bersumber dari APBD Kabupaten Minahasa total berjumlah Rp. 1.652.192.000. Kini bangunannya terbengkalai dengan kondisi memprihatinkan, bak sarang hantu. Hal ini menuai sorotan tajam kalangan LSM.
"Masa kan bangun dermaga dan kanal tapi tak dimanfaatkan, ini kan lucu sekali. Bisa jadi ada kesalahan perencanaan dari instansi berwenang atas pembangunan dermaga dan kanal tersebut," tukas Ketua Investigasi Lembaga Pemantau Penyelenggara Negara Republik Indonesia (LPPNRI) Sulut, Yamin Makuasang di Tondano, Senin (15/11/2021).
Ia prihatin dengan kerusakan di bangunan dermaga.
"Dermaga dibangun di atas air. Nah, lantai bagian tengah sudah retak, sehingga tak datar lagi. Lama kelamaan lantainya bisa ‘blot’ dan jatuh ke air. Bisa jawab sendiri kan gedung akan jadi seperti apa," tutur Yamin.
Demikian halnya dengan kanal, sebutnya, dalam kondisi memprihatinkan.
"Sudah berlumut dan retak dibeberapa titik. Bahkan sekeliling kanal sudah dipenuhi eceng gondok," ujarnya.
Yamin menduga pekerjaan pembangunan dermaga dan kanal tersebut menyimpang.
"Kemungkinan besar tak sesuai spesifikasi teknis. Ini harus ditelusuri," tandas Yamin.
Di tempat yang sama, ditambahkan Ketua Pelopor Angkatan Muda Indonesia Perjuangan (PAMI-P) Sulut, Jonathan Mogonta, pembangunan dermaga dan kanal tersebut bukan dalam satu paket proyek.
"Dua paket yaitu proyek pembangunan dermaga dengan anggaran sebesar Rp. 487.177.000 dan proyek pembangunan kanal senilai Rp. 1.165.015.000. Kalau disatukan anggarannya sebesar Rp. 1.652.192.000. Dua proyek ini berada di Dinas Perhubungan Kabupaten Minahasa dan dianggaran APBD Minahasa Tahun 2018," semburnya.
Jonathan menyesalkan tak ada perhatian dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Minahasa atas kerusakan dermaga dan kanal tersebut.
"Sepertinya ada pembiaran. Mubazir jadinya. Kalau begini negara jelas telah dirugikan, karena tidak difungsikan," jelasnya.
Seperti halnya Yamin, Jonathan menduga kedua proyek tersebut tak sesuai spesifikasi teknis (spek) dan perencanaan tidak matang.
"Kami akan meminta pertanggungjawaban kepada dinas terkait dan kontraktor atau perusahaan pelaksana proyek," ucapnya.