By : Retno Listyarti (Komisioner KPAI) Publish : lala/ detikline Jakarta, detikline.com - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia ...
Publish : lala/detikline
Jakarta, detikline.com - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti, kembali menerima informasi dari warga rusun Marunda Jakarta Utara terkait dampak pencemaran abu batu bara terhadap kesehatan anak-anak.
![]() |
Komisioner KPAI Retno Listyarti |
Kali ini ditemukan kembali 2 kasus dengan diagnose Ulkus Kornea, diduga kuat akibat pencemaran Marunda.
Ulkus kornea adalah luka terbuka pada kornea yang paling sering disebabkan oleh infeksi. Kondisi yang juga disebut keratitis ini tergolong kondisi darurat medis. Apabila tidak segera ditangani, ulkus kornea dapat mengakibatkan kebutaan.
"Bisa dibayangkan ketika anak usia 6 tahun harus mengalami semua rasa sakit dan nyeri tersebut," tegas Retno.
Dari pantauan KPAI melalui pengurus forum Rusun Marunda, sejak berita pencemaran abu batu bara secara nasional pada 9 -10 Maret 2022, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Puskesmas Marunda turun ke lokasi Rusun marunda untuk melakukan screening ke warga Rusun Marunda. P2TP2A DKI Jakarta sudah melakukan home visit ke Rusun Marunda untuk melakukan assesmen.
"Saya berharap P2TP2A menindaklanjuti asesmen dengan terapi, baik kepada anak maupun ibundanya agar secara mental, keduanya dapat menjalani proses pengobatan dengan penuh semangat untuk pulih," ungkap Retno.
Retno mendorong Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta untuk segera membantu pengobatan kepada dua warga yang terkena derita ulkus Kornea.
Pengurus Forum Rusun Marunda menyampaikan kepada KPAI bahwa pencemaran udara dari abu batu bara masih terlangsung berlangsung hingga saat ini.
Aktivitas bongkar muat dan pengangkutan batu bara di pelabuhan Marunda juga tidak berkurang apalagi berhenti. Bahkan ada video yang menunjukan penampakan sebuah truk pengangkut batu bara terus melintasi jalan raya sekitar Rusun Marunda pada siang hari tanpa ditutup terpal. Abu batu bara tampak berterbangan karena angin.
“Menurut warga, pemandangan seperti itu terjadi setiap hari, sehingga sampai sekarang lantai-lantai rumah warga Rusun Marunda dan RPTRA serta semua permainan anak-anak, semuanya selalu terlapisi debu dan harus dibersihkan hingga 4 kali dalam sehari karena tertutup debu batu bara”, pungkas Retno.