Kotabaru, detikline.com - Acara Potong Tahun atau Ritual menurut kepercayaan, saat Aruh Bawanang ( Babalian ) dengan melakukan memotong 3 e...
Kotabaru, detikline.com - Acara Potong Tahun atau Ritual menurut kepercayaan, saat Aruh Bawanang ( Babalian ) dengan melakukan memotong 3 ekor ayam yang selalu dilaksanakan acara Bawanang ( Babalian ) yang ada di Desa Magalau Hilir Kotabaru Kalimantan Selatan, Minggu (15/9-24).
Acara Ritual Aruh bawanang (Babalian) merupakan adat tradisi Leluhur yang selalu dilaksanakan setiap habis Panen Padi, (Potong Tahun) sebagai rasa tanda terimakasih dan Syukur pada Sanghiyang (Nenek Moyang).
Aruh Bawanang (Babalian) sama halnya membaca Do'a Selamatan Usai di laksanakan Panen Padi lalu tidak lama dilaksanakanlah Ritual Aruh Bawanang (Babalian) dengan cara batandik mengelingi ancak yang dimana telah dipersiapkan persembahan berbagai makan guna memanggil dan memuji kepada leluhur Sanghiyang Dewata.
Sebelum melaksanakan Tanam Padi memohon dalam hati, mudahan padi yang ditanam tumbuh dengan baik serta tidak ada gangguan apapun pada saat padi sudah ditanam.
Hingga padi itu berbuah baik dan tidak ada gangguan dari segala macam penyakit, baik Hama binatan seperti Tikus, atau kera (warik) dan binatang Babi Ucapnya pengulu adat Dayak Aryadi.
Juga seluruh keluarga yang ada didalam rumah selalu diberikan kesehatan dan tidak ada yang sakit maupun yang meninggal artinya semuanya sehat begitupun tanaman Padi yang dikerjakan tidak ada gangguan dari apupun, tambahnya.
Begitu selesai panen, lalu dilaksanakan Selamatan dengan membayar Nazar atau janji kepada sang (Sanghiyang) Dewata, Datuk Nenek Moyang Kami Orang Dayak.
Pada saat pelaksanaan Ritual Aruh Bawanang (Babalian) atau Mengadakan upacara selamatan dengan mengundang seluruh keluarga dan kerabat serta warga masyarakat, dengan melaksanakan Aruh Adat disebut Bawanang (Babalian), selama 4 hari 4 malam lamanya, ucap Aryadi.
Disamping itu Kita akan memanggil Leluhur Datuk Kita yang terdahu, melalui Dewata Sanghiyang Tuhan yang Maha Esa, dengan berbagai makanan sesajen yang sudah dimasak dan dipersiapkan dalam Aruh Bawanang (Babalian).
Selanjutnya di malam puncaknya malam terakhir melaksanakan potong Ayam dimana tempat yang sudah disiapkan, dan Darah ayam tersebut ditempelkan pada tempatnya yang dipersiapkan.
Tanda penyerahan bahwa Nazar telah dibayar, sementara sesajen itu ditaruh ditempat seperti ancak (Sangkar) dengan 4 tingkat.
Saat acara dilaksanakan tentu Lampu dan lainnya dihidupkan, sambil batandik dengan diiringi Pukulan Agung dan gendang, agar para leluhur hadir pada saat dilakukan pemujaan Bawanang (Babalian).
Ancak yang dibuat dengan mengunakan Bambu dihias dengan daun kelapa yang muda, sambil membaca Do'a agar arwah Datuk Nenek Moyang Sanghiyang datang dan hadir melihat anak Cucunya dan keluarganya.
Tradisi ini selalu dilaksanakan setiap habis panen, dan kalau tidak dilaksanakan maka akan menjadi bencana untuk keluarga yang ada menurut keyakinan kami sebagai orang Dayak. (Run)